SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi barunya, karena ekspektasi penurunan suku bunga di Amerika Serikat (AS) oleh bank sentral AS (Federal Reserve/Fed) kembali meningkat dan daya tarik logam sebagai investasi safe-haven juga makin bertambah.

Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.250,59 per troy ons atau menguat 0,82%. Penguatan ini kembali menjadikan harga emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya kemarin, di mana sudah beberapa hari terakhir harga emas dunia terus mencetak rekor.

Harga tersebut mematahkan rekor yang tercatat pada perdagangan Kamis pekan lalu (28/3/2024) di posisi US$ 2.232,38 per troy ons. Sepanjang Maret 2024, rekor harga emas sudah terpatahkan sebanyak 10 kali karena harga terus melonjak. Emas juga langsung mencetak rekor pada hari pertama April tahun ini.

Pada Selasa (2/4/2024) pagi hari ini sekitar pukul 05:30 WIB, harga emas kembali melanjutkan penguatan yakni naik 0,19% menjadi US$ 2.254,79 per troy ons.

Analis dari TD Securities, Bart Melek, menjelaskan kenaikan emas masih ditopang oleh optimisme pelaku pasar mengenai pemangkasan suku bunga The Fed meski data-data AS justru membaik.

Melandainya inflasi pengeluaran konsumsi warga AS (PCE) membuat investor percaya diri The Fed akan memangkas suku bunga.

"Optimisme yang berkembang saat ini adalah The Fed mulai akan memangkas suku bunga secara signifikan bahkan sebelum inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi PCE sudah melandai," tutur Melek, kepada Reuters.

Inflasi PCE melandai ke 2,5% (year on year/yoy) pada Februari 2024, dari 2,4% pada Januari. Inflasi PCE inti juga melemah menjadi 2,8% (yoy) pada Februari 2024, dari 2,9% pada Januari.

Kenaikan harga emas dunia juga terjadi di tengah banyaknya masih kencangnya ekonomi Amerika Serikat (AS) serta penguatan dolar AS. Data-data ekonomi AS yang kencang biasanya membuat emas tertekan karena bisa semakin menahan The Fed mengerek suku bunga,

Data tersebut di antaranya pulihnya sektor manufaktur AS pada Maret lalu. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur meningkat menjadi 50,3 pada Maret lalu, menjadi yang tertinggi dan pertama di atas 50 sejak September 2022, dari sebelumnya di angka 47,8 pada Februari lalu.

Hal ini menunjukkan sektor manufaktur, yang sebelumnya terpukul oleh kenaikan suku bunga, mulai pulih. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Pulihnya sektor manufaktur Negeri Paman Sam membuat yield Treasury kembali meninggi dan membuat indeks dolar AS juga naik. Padahal, jika yield Treasury meninggi, seharusnya hal ini menjadi katalis negatif bagi emas, karena emas sendiri tidak menawarkan yield.

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik nyaris 13 basis poin menjadi 4,319%.

Indeks dolar AS terbang pada perdagangan kemarin, Senin (1/4/2024) ke posisi 105, 109. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 13 November 2023 atau hampir empat bulan terakhir.

Kenaikan emas di tengah penguatan dolar AS merupakan hal yang tidak biasa. Emas biasanya langsung ambruk begitu dolar menguat.
Penguatan dolar akan membuat emas semakin mahal untuk dibeli karena adanya konversi mata uang sehingga orang cenderung menahan pembelian

Namun nyatanya, harga emas kembali naik dan artinya masih banyak yang melakukan pembelian emas. Hal ini karena sentimen terhadap emas safe-haven juga didukung oleh ketegangan geopolitik yang meningkat setelah media Iran dan Suriah melaporkan bahwa serangan Israel menghantam sebuah gedung di sebelah kedutaan Iran di ibu kota Suriah pada Senin kemarin. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE